JAKARTA, iNews.id - Kondisi saraf kejepit kerap dianggap sepele. Bagi beberapa orang, jika terkena saraf kejepit kerap diatasi dengan cara memijat. Padahal, jika terjadi kesalahan, akibatnya bisa fatal.
Beberapa waktu lalu, ramai berita mengenai Raffi Ahmad yang terkena saraf kejepit, ditandai dengan munculnya rasa nyeri hebat di bagian pinggang. Keluhan ini muncul saat dia menggendong Rafathar dengan postur tubuh yang salah.
Namun, setelah menjalani tindakan endoskopiPSLD Joimax di klinik Lamina Pain and Spine Center, saraf kejepit Raffi akhirnya sembuh dan kondisinya semakin membaik.
Dokter Mahdian Nur Nasution, spesialis bedahsaraf mengungkapkan, saraf kejepit bisa terjadi karena adanya bantalan tulang yang menonjol. Kondisi ini, akan memicu sensasi nyeri, baal atau mati rasa, hingga melemahnya otot.
Pengobatan saraf kejepit menurut dr. Mahdian terbagi menjadi dua, yaitu untuk kasus ringan bisa melakukan tindakan konservatif dengan obat-obatan dan fisioterapi.
"Namun, jika nyeri tak kunjung hilang atau bahkan bertambah parah, dokter biasanya akan menganjurkan tindakan pembedahan, yaitu dengan teknik konvensional dan teknik minimal invasif (modern)," ujar dr Mahdian Nur Nasution melalui keterangannya belum lama ini.
Dia melanjutkan, sayangnya, tindakan operasi konvensional ini sering menjadi hal yang dikhawatirkan oleh kebanyakan pasien. Operasi konvensional atau laminektomi membutuhkan waktu tindakan sekitar 2-3 jam, risiko terjadinya infeksi pada luka karena membutuhkan sayatan yang besar, risiko kegagalan dan waktu penyembuhan yang cukup lama.
Selanjutnya, ada teknik bedah minimal invasif dengan menggunakan endoskopi PELD/PSLD Joimax dari Jerman yang direkomendasikan oleh dr. Mahdian Nur Nasution, sebagai solusi terkini atasi nyeri akibat saraf kejepit.
Dibandingkan operasi konvensional, endoskopi Percutaneous Lumbar Disectomy (PELD) dan Percutaneous Stenoscopy Lumbar Decompression (PSLD) Joimax ini lebih efektif, efisien, dan aman dalam berbagai hal.
“Tindakan endoskopi ini hanya dilakukan dengan membuat sayatan kecil sebesar 7 mm atau kurang dari 1 cm. Berbeda dengan operasi konvensional yang membutuhkan sayatan sekitar 15 cm,” ujar dr. Mahdian.
Menurutnya, tindakan endoskopi PSLD ini memiliki waktu tindakan yang jauh lebih cepat sekitar 30-45 menit, risiko komplikasi atau trauma pada jaringan yang minimal. Selain itu, proses penyembuhan pasca-tindakan lebih cepat dibandingkan dengan operasi konvensional.
“Hanya menggunakan bius lokal, tanpa rawat inap, dan cukup aman. Masa perawatannya sekitar 1-2 hari, pasien lebih cepat pulih dan beraktivitas, risiko kambuhnya pun lebih kecil serta tidak memicu perlengketan ataupun infeksi setelah tindakan,” ujarnya.
Endoskopi PELD/PSLD terdiri dari alat super kecil seperti kamera, selongsong, serta penjepit. Alat-alat super kecil ini bisa dengan mudah menjangkau ke dalam jaringan atau area yang kaya persarafan pada tulang belakang. Lokasi tersebut yang mungkin banyak terjadi jepitan pada saraf. Dengan menggunakan endoskopi tentunya akan mempermudah dokter untuk mengambil bantalan tulang yang menonjol penyebab rasa nyeri pada pasien.
Perlu diketahui, masalah saraf kejepit bisa terjadi karena faktor usia, aktivitas berat, atau cedera tulang belakang. Kondisi ini bisa dialami oleh segala usia, namun paling sering menyerang usia 30-50 tahun dan puncaknya pada 40-45 tahun.
Editor : Putra
Artikel Terkait