LONDON, iNews.id - Militer Rusia kehilangan dua pilot jet tempur terbaik mereka. Keduanya tewas setelah iring-iringan mobil mereka di Provinsi Donetsk, Ukraina dihantam roket HIMARS milik Ukraina.
Roket HIMARS ini adalah senjata bantuan dari Amerika Serikat (AS) yang diterima militer Ukraina baru-baru ini.
Kedua pilot malang itu diketahui bernama Maksim Potyomin (41) dan Kolonel Anatoly Stasyukevich (54).
menurut ayah Potyomin, Alexey, mobil putranya dihantam roket Sistem Roket Mobilitas Tinggi (HIMARS) buatan Amerika Serikat (AS).
“Mobil putra saya terkena rudal HIMARS, yang sering kita dengar belakangan ini. Luka-luka yang diderita merenggut nyawanya," ujar Alexey.
Para pilot itu dianugerahi tanda jasa keberanian melalui dekrit yang dikeluarkan Presiden Vladimir Putin.
Pejabat Ukraina Serhiy Leshchenko mengatakan tentaranya mengintensifkan serangan menggunakan roket HIMARS mengincar sasaran penting penjajah.
Semenara itu sejak perang berkecamuk pada 24 Februari, Ukraina mengklaim telah menewaskan 82 kolonel Rusia.
Sementara itu Rusia terus membombardir persenjataan jarak jauh Ukraina. Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia mengklaim telah menghancurkan gudang tempat menyimpan HIMARS kiriman dari negara Barat.
Dalam keterangan pada Senin kemarin, serangan rudal menghancurkan gudang senjata di Bogdanovtsy, wilayah Khmelnytskyi.
Rusia sebelumnya juga mengklaim telah menghancurkan beberapa senjata HIMARS, namun Ukraina membantahnya.
Sebelumnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan rasa percaya diri akan memenangkan pertempuran melawan Rusia setelah mendapat bantuan senjata jarak jauh. Dia menegaskan Ukraina punya potensi untuk memenangkan perang serta menimbulkan banyak kerugian di pihak Rusia.
"(Kami) Sepakat, pasukan memiliki potensi besar untuk mencapai kemajuan di medan perang serta menimbulkan kerugian yang signifikan bagi penjajah," katanya, pada Kamis pekan lalu.
Pemerintah berharap senjata-senjata jarak jauh, terutama HIMARS, akan membuka jalan bagi Ukraina untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang dikuasai Rusia.
Editor : Putra