3. Pusaka Peti dari Palembang
Pusaka berbentuk peti itu diberikan Adipati Palembang Arya Damar kepada Sunan Kudus, putra Raja Majapahit Prabu Brawijaya, yang memeluk Islam.
Arya Damar memang bukan Wali Songo. Namun dirinya yang pertama kali menerima Raden Rahmat atau Sunan Ampel saat menjejakkan kaki di Nusantara.
Peperangan antara Demak dan Majapahit, Sunan Kudus membawa pusaka berbentuk peti itu ke medan laga. Saat dalam situasi terjepit, tutup peti lalu dibuka sehingga menimbulkan sebuah peristiwa hujan angin bercampur badai besar serta menimbulkan suara gemuruh membuat orang-orang Majapahit ketakutan.
Pusaka peti Arya Damar, konon juga muncul pasukan siluman yang langsung menyerang orang-orang Majapahit. Peperangan yang dipimpin Sunan Kudus itu, memperoleh kemenangan besar.
Pusaka Majapahit lantas disita dan ditempatkan selama 40 hari di Giri Kedaton. Setelah itu oleh pasukan santri dipimpin Sunan Kudus, semua pusaka kerajaan Majapahit dibawa ke Demak.
Naskah Tedak Pusponegaran dan Literature of Java (1967-1980), menulis, orang-orang Majapahit yang terpukul mundur oleh santri Demak, sempat bertahan di Sengguruh, Malang Jawa Timur.
Serbuan santri yang dipimpin Arya Terung, yakni anak Adipati Terung yang berpihak kepada Demak, membuat prajurit Majapahit pergi menjauh.
Lantas kemudian Arya Terung diangkat Sultan Demak sebagai Adipati di Sengguruh. Lalu adiknya, Arya Balitar menjadi Adipati Blitar. Sengguruh (Malang Selatan) dan Blitar dinyatakan berada di bawah kekuasaan Kesultanan Demak.
Editor : Putra
Artikel Terkait