Dengan struktur pemerintahan yang teratur, Kerajaan Tidore memiliki kehidupan politik yang mapan. Selain itu, Sultan Nuku dikenal paling gigih dan sukses melawan Belanda. Selama bertahun-tahun, ia berusaha mengusir para penjajah dari seluruh Kepulauan Maluku. Bahkan Sultan Nuku berhasil menyatukan Tidore dengan Ternate untuk mengalahkan Belanda.
Serangkaian perjuangan rakyat Maluku pun membuahkan hasil, ditandai dengan menyerahnya Belanda pada 21 Juni 1801 M. Dengan begitu, wilayah Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo kembali merdeka dari kekuasaan asing.
Peninggalan Sejarah Kerajaan Tidore
- Istana Kerajaan Tidore (Kadato Kie)
Istana Kerajaan Tidore atau Kadato Kie atau sering disebut Kedaton dibangun pada abad ke 15. Kedaton Sultan Tidore tinggal puing-puingnya saja dan beberapa bagian dinding benteng sudah dipugar.
Sekarang dibekas fondasi kedaton sudah dibangun kedaton baru bertingkat dan permanen, beratap genteng asbes cetakan ukuran 1 meter x 1 meter warna biru. bangunan tidak sesuai dengan aslinya yang dahulu terbuat dari kayu dan didekatnya dibangun bangunan baru sekretariat kesultanan.
- Benteng Torre dan Tahula
Benteng Torre di bangun tahun 1578 oleh Portugis atas perintah Sancho de Vasconcellos yang mendapat ijin dari Sultan Gapi Baguna tanggal 6 Januari 1578. Nama benteng “Torre” kemungkinan berhubungan dengan nama Kapten Portugis pada saat itu yaitu Hernando De La Torre.
Selain Benteng Torre, terdapat juga Benteng Tahula yang dibangun oleh Bangsa Spanyol yang kemudian pembangunan dilanjutkan oleh Bangsa Portugis. Kepemilikan Spanyol atas benteng ini hingga tahun 1662. Benteng Tehoela terletak di atas bukit karang curam dengan ketinggian 35 meter dan menghadap ke lautan. Benteng ini berada di Jalan Sultan Saifudin 2, Kelurahan Soasio, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan. Selain disebut sebagai Benteng Tahula, terdapat penyebutan lain yaitu Tahula.
Editor : Putra