Kehidupan beribadah membawa kedamaian yang tak tergantikan bagi Karima, terutama saat menjalankan shalat. Ia merasakan bahwa sholat adalah saat ia merasa paling dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Dengan beribadah, saya merasa lebih damai dan tidak terlalu khawatir tentang hal-hal yang di luar kendali saya,"pungkasnya.
Perjalanan spiritualnya tak berjalan mulus. Keluarga Karima, yang sebelumnya mendukungnya, mulai menentang. Ibunya yang dulunya mendukung, tiba-tiba berbalik dan menolak keputusannya. Alquran milik Karima bahkan sampai dirobek di depannya.
Ayah Karima pun berubah perilaku, dari yang dulunya lembut kini menjadi keras dan mengeluarkan kata-kata kasar. Hal ini membuat Karima merasa takut untuk menjalankan ibadah.
Situasi ini membuat Karima terpaksa menyembunyikan saat beribadah dari keluarganya. Meski demikian, lambat laun hati ibu Karima melunak, dan menerima keputusan anaknya. Meski sang ayah masih menentang, Karima yakin bahwa suatu hari nanti hatinya akan luluh jika Allah Subhanahu wa Ta'ala berkehendak.
Editor : Putra