Untuk bisnisnya ini, dia bekerja sama dengan perusahan pengrajin kulit di Garut, sehingga kulit yang dia kumpulkan diolah produk dari bahan kulit, seperti tas, jaket kulit, hingga panganan olahan kerupuk kulit dan jenis kerajinan lainnya.
"Di tempat saya ini kan hanya tempat pengepul. Di sini biasanya paling lama itu satu minggu. Kita sortir yang bagus dan kurang bagus, lalu kita awetkan dengan garam, kemudian kirim ke pabrik," ucapnya.
Bahkan produk kulit yang telah diolah oleh mitranya tersebut telah diekspor ke luar negeri, seperti ke Singapura dan Italia. Dia pun berharap ke depan, bisa memiliki pabrik sendiri.
Rahman menambahkan, usaha yang ditekuninya bukan tanpa hambatan. Salah satunya adanya penolakan dari warga sekitar yang terganggu dengan aroma yang dihasilkan dari kulit hewan.
"Kita pernah juga sampai didemo karena baunya yang enggak enak, tapi Alhamdulillah semua itu sudah bisa dimusyawarahkan. Alhamdulillah semua sudah bisa menerima," katanya.
Selain itu, dia juga pernah mengalami kerugian akibat banyak kulit yang mengalami kerusakan karena kekurangan karyawan sehingga telat dilakukan penggaraman.
"Kerugian cukup banyak pernah beberapa tahun lalu. Kulit banyak yang rusak karena kekurangan karyawan,">
Meski mengalami kerugian atau hambatan saat berusaha, dia berpesan, bagi yang ingin menjalankan bisnis, jangan mudah menyerah dan terus belajar.
"Jangan pernah menyerah untuk satu kali kegagalan, anggaplah satu kali kegagalan itu untuk memotivasi kita menjadi wirausaha yang lebih baik dan menjadi wirausaha yang lebih sukses," tuturnya.
Editor : Putra
Artikel Terkait