Mayat orang yang telah meninggal akan diletakkan di atas para (anyaman bambu) yang telah disediakan di luar kampung dan dibiarkan sampai busuk. Kelak, tulang belulangnya dikumpulkan dan disimpan di atas pokok-pokok kayu. Tengkorak kepala akan diambil dan digunakan sebagai bantal sebagai pertanda cinta kasih pada yang meninggal.
Orang Suku Asmat percaya, roh-roh orang yang telah meninggal tersebut disebut 'bi', masih tetap berada di dalam kampung, terutama kalau orang itu diwujudkan dalam bentuk patung mbis, yaitu patung kayu yang tingginya 5 hingga 8 meter.
Cara lainnya yaitu dengan meletakkan jenazah di perahu lesung panjang dengan perbekalan seperti sagu dan ulat sagu untuk kemudian dilepas di sungai dan seterusnya terbawa arus ke laut menuju peristirahatan terakhir roh-roh.
Saat ini karena masuknya pengaruh dari luar, masyarakat Suku Asmat telah mengubur jenazah dan beberapa barang milik pribadi yang meninggal. Umumnya, jenazah laki-laki dikubur tanpa menggunakan pakaian, sedangkan jenazah perempuan dikubur dengan menggunakan pakaian.
Orang Asmat juga tidak memiliki pemakaman umum, jenazah biasanya dikubur di hutan, di pinggir sungai atau semak-semak tanpa nisan. Di manapun jenazah dikuburkan, keluarga yang ditinggalkan akan tetap menemukan kuburannya.
Editor : Putra