Apabila ada anggota keluarga yang sakit, maka keluarga terdekat akan berkumpul di sekelilingnya sambil menangis sebab mereka percaya ajal akan menjemputnya. Mereka tidak akan berusaha untuk mengobati atau memberi makan kepada si sakit.
Keluarga terdekat orang yang sakit tidak berani mendekatinya karena mereka percaya orang yang sakit akan membawa salah seorang dari yang dicintainya untuk menemani.
Di sisi rumah tempat orang sakit dibaringkan, dibuatkan semacam pagar dari dahan pohon nipah. Dahan dari pohon nipah ini dipercaya masyarakat Suku Asmat untuk mengusir roh jahat yang berkeliaran di sekitar orang sakit tersebut agar tidak mendekati mereka.
Ketika diketahui orang yang sakit telah meninggal, ratapan serta tangisan akan menjadi-jadi. Keluarga yang ditinggalkan segera berebut untuk memeluk tubuh mayat orang yang meninggal. Setelah itu mereka akan keluar rumah dan mengguling-gulingkan tubuhnya di lumpur.
Sementara itu, orang-orang di sekitar rumah duka telah menutup semua lubang dan jalan masuk kecuali akses utama dengan maksud untuk menghalang-halangi masuknya roh-roh jahat yang berkeliaran menjelang kematian seorang.
Orang-orang Suku Asmat akan menunjukkan kesedihan dengan cara menangis setiap hari hingga berbulan-bulan. Mereka juga akan melumuri tubuhnya dengan lumpur dan mencukur habis rambutnya.
Mereka yang telah menikah berjanji tidak akan menikah lagi dan menutupi kepala dan wajahnya dengan topi agar tidak menarik bagi orang lain. Meskipun nantinya, mereka juga akan menikah lagi.
Editor : Putra