Cerita Pilu Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan, Orangtua: Jenazah Langsung Dibawa Pulang

Avirista Midaada
Salah satu Pintu di Stadion Kanjuruhan Malang yang banyak korban tewas (Foto: Avirista Midaada)

"Kedengaran saya itu kesenggol jadi mungkin kecelakaan. Mau saya jemput tetapi tidak dibolehkan. Saya disuruh siap-siap di rumah katanya Pak Kades mau ambil (anak). Pas itu saya mikir kok Pak Jamhuri (kepala desa) yang manggil. Ponakan saya suruh cek juga tidak boleh," kata Aris.

Sekitar 20 menit, pintu rumah Aris tiba-tiba terbuka. Bukannya suara jejak kaki anak kandungnya yang terdengar tetapi justru suara keramaian. Dari sinilah, Aris dan istri baru mengetahui anaknya sudah meninggal. Dia yang baru saja terbangun dari tidurnya dan tak tahu kejadian di Stadion Kanjuruhan hanya mampu terpaku melihat anaknya meninggal.

Menurut Aris dan Kariyah, jenazah anaknya memang tidak sempat dibawa ke rumah sakit. Almarhum yang sudah meninggal di tempat langsung dibawa kepala desa ke rumahnya. Pada saat tiba di rumah, mereka bisa melihat bagaimana sang anak terbujur kaku dengan wajah dan leher terlihat membiru akibat gas air mata.

Akibat kejadian ini, Aris dan Kariyah harus kehilangan anak satu-satunya. Sebelumnya, mereka sudah kehilangan anak pertamanya pada 2013 lalu. Namun kini dia harus kembali kehilangan anak terakhirnya yang begitu disayangi.

Aris berharap peristiwa ini menjadi yang terakhir di manapun berada. Dia juga meminta petugas kemanan untuk seharusnya melindungi penonton, bukan menjadi pemicu tragedi yang menyebabkan ratusan orang meninggal dunia.

Dia meyakini penyebab kematian para korban karena gas air mata. Informasi ini sudah bukan rahasia lagi di masyarakat umum. 

"Jelas saya kecewa. Masalahnya itu bukan orang demo. Mereka melakukan kesalahan apa? Melakukan kerusakan apa? Tidak ada kan?" tuturnya.

Saat ini, Aris hanya bisa ikhlas dan pasrah menerima kehilangan tersebut. Dia juga tak memiliki keinginan untuk melaporkan tersebut ke posko pengaduan. Aris mengaku tidak mengenal hukum dan khawatir memperuncing masalah.
 

 

 

 

artikel ini telah tayang di iNews.id dengan judul: https://jatim.inews.id/berita/kisah-pilu-orang-tua-kehabisan-kata-kata-anak-satu-satunya-jadi-korban-tragedi-kanjuruhan/2

Editor : Putra

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network