Alasan Mengejutkan Sosiolog Wieslaw Zejieski Memilih Masuk Islam

Putra
Kisah sosiolog memilih masuk agama Islam.(Foto: ilustrasi/Ist)

Bagi saya jelas bahwa hanya agamalah yang bisa memberikan banyak ideologi kepada dunia. Hanya saja, manusia zaman sekarang ini tidak mungkin bagaimanapun juga mempercayai agama yang segala kepercayaan dan peribadatannya tidak bisa diterima oleh akal dan pikiran.

Selain dari itu saya yakin bahwa kemanusiaan hanya bisa dipimpin oleh suatu agama yang memberikan ajaran-ajaran yang komplit dan sempurna, baik mengenai hidup perseorangan maupun mengenai hidup masyarakat.

Berdasarkan keyakinan itulah, saya telah mempelajari bermacam-macam agama, terutama tentang sejarah dan prinsip-prinsip Quakerism (Shahibiyah), Unitarianism (aliran Kristen yang tidak mempercayai Trinitas), Buddism dan Bahaism.

Akan tetapi tidak ada satupun di antara agama-agama tersebut yang dapat memuaskan saya secara keseluruhan.

Akhirnya saya menemukan Islam. Sebuah pamplet kecil dengan nama "Islamo esperantiste regardata" ditulis dalam bahasa esperanto oleh seorang Muslim bangsa Inggris, Mr. Ismail Colin Evans, telah membuka kuping saya untuk mendengar panggilan Tuhan Itu terjadi pada bulan Februari 1949.

Kemudian saya terima lagi sebuah pamplet lain yang bernama "Islamo chies relegio" dari Darut Tabligil Islam, Postbox 112 Cairo disertai beberapa buku karangan Maulana Muhammad Ali.

Saya telah menemukan kenyataan bahwa Islam sesuai dengan pikiran saya dan ideologi "jalan tengah" dengan mana saya dididik sejak umur belasan tahun.

Dalam Islam saya menemukan perundang-undangan yang sempurna meliputi segala persoalan hidup, perundang-undangan yang mampu memimpin perseorangan dan masyarakat menuju Kerajaan Tuhan di bumi; perundang-undangan yang cukup elastis untuk menyesuaikannya dengan kondisi modern.

Sebagai seorang teorist tentang kebudayaan dan kemasyarakatan, saya mengagumi lembaga sosial Islam, terutama zakat, hukum bagi waris, larangan riba, larangan perang agresif, kewajiban ibadah haji dan bolehnya poligami dalam batas-batas tertentu.

Dalam semua dasar Islam tersebut terdapat jaminan untuk dapat menempuh jalan hidup yang lurus, yang tengah-tengah antara kapitalisme dan komunisme, ketentuan-ketentuan yang cermat mengenai hak penuntutan antara negara, perletakan dasar-dasar untuk mencapai keselamatan hakiki sebagaimana yang dapat diterima akal, perumusan solidaritas persaudaraan Islam dengan bermacam-macam kebangsaan, bahasa, kebudayaan dan kelas sosialnya.

Agama ini juga meletakkan dasar-dasar hukum perkawinan. Suatu dasar yang secara mutlak tidak bertentangan dengan keadilan biologis dan fakta-fakta kemasyarakatan.

Dasar hukum ini sangat berbeda dan jauh lebih baik daripada dasar perkawinan monogami yang dianut oleh bangsa-bangsa Barat.

Saya tutup pengakuan saya ini dengan memanjatkan puji ke Hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat besar kepada saya dengan jalan menunjuki saya ke jalan agama yang lurus.

Al-Qur'an menyatakan (mengenai orang-orang Yahudi): "Sungguh engkau mendapatkan mereka sebagai orang-orang yang paling kesengsem kepada hidup, lebih kesengsem dari pada kaum musyrikin.

Salah seorang di antara mereka menginginkan diberi umur seribu tahun, pada hal itu tidak akan menyelamatkan dia dari siksa. Allah melihat apa yang mereka perbuat. - ( QS Al-Baqarah : 96).


 

 

 

 

 

Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews dengan judul: Kisah Sosiolog Wieslaw Zejieski Pilih Islam karena Anggap sebagai Ideologi Jalan Tengah

 

Editor : Putra

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network