Pemindahan masjid dilakukan karena sebelumnya terbakar hebat, serta berkaitan dengan pesan Patih Seloaji. Dimana sebelum meninggal Patih Seloaji berpesan melarang makam dirinya untuk diberi cungkup, atau rumah-rumahan diatas makam.
“Karena masyarakat ingin menghormati Patih Seloaji, jadi mengindahkan pesannya, dan tetap membangun kuncup diatas makam Patih Seloaji, agar juga sama dengan makam yang lain,” ungkapnya.
Setelah diberi kuncup, terjadi kejadian mistis, cungkup makam Seloaji tiba-tiba saja tersambar petir, yang juga mengenai masjid Batoro Katong, hingga akhirnya terbakar hebat.
“Untuk yang mengenai masjid itu kalau tidak salah tersambar petir yang ketiga kali, setelah kuncup makam dibangun berkali-kali dan selalu tersambar petir. Akhirnya hingga saat ini tidak ada kuncup untuk makam Patih Seloaji,” terangnya.
Kemudian karena terbakar, maka di tahun 1800, masyarakat pada waktu itu membangun kembali masjid dan memindahkan nya / di sebelah utaranya makam Batoro Katong, hingga tetap berdiri kokoh hingga saat ini.
“Sekarang diberi nama Masjid Jami Batoro Katong, dan karena terbakar itulah, kenapa masjid haris dipindah,” pungkasnya.
Kedatangan Batoro Katong inilah, maka peradapan Islam di bumi wengker hingga terus berkembang sampai saat ini.
Masyarakat Ponorogo, sangat mengagungkan Batoro Katong, sebagai tokoh, Kyai dan Adipati sejarah lahirnya Kabupaten Ponorogo.
Editor : Putra